Perjalanan saya dimulai dengan mengunjungi Lourdes. Desa kecil ini lumayan jauh dari Paris, berada di perbatasan Prancis dan Spanyol, namun mudah dijangkau. Menggunakan TGV, saya berangkat langsung dari Bandara Charles de Gaulle menuju Bordeaux St. Jean. Perjalanan sepanjang 580 km lebih ini, setara dengan Jakarta-Solo, ditempuh hanya dalam waktu 3,5 jam. Padahal kalau di Indonesia, dibutuhkan 10 – 12 jam. Keretanya dua tingkat, begitu tenang di dalam, tidak kemasukan suara dari luar. Dari Bordeaux, saya kemudian berpindah kereta menuju Bayonne dan selanjutnya Lourdes.
Keindahan Pemandangan dari Paris ke Lourdes
Sepanjang jalan dari Paris, di kanan kiri, saya melihat lahan pertanian super luas. Isi lahan tersebut terbagi sesuai wilayah, akan berganti komoditas kalau sudah di wilayah desa / kota berbeda. Tampak ada jagung, cenara, anggur, dan bunga matahari. Saya jadi teringat isu minyak bunga matahari vs minyak sawit, tapi ya sudahlah tak perlu dibahas di sini. Kompleks-kompleks pedesaan, kampus pinggiran kota, hingga pemakaman juga terlihat. Suasananya damai sekali: tidak tampak semrawut, jalanan lengang, juga banyak rumah-rumah bata tua.
Selain itu yang menarik, banyak kincir pembangkit listrik terlihat di sepanjang perjalanan saya. Indonesia patut mencontoh nih, terutama untuk daerah yang memiliki tiupan angin kencang. Daripada bergantung ke batu bara atau diesel, lebih baik menggunakan pembangkit listrik tenaga angin (dan pasti tenaga surya) yang sumbernya melimpah dan tidak terbatas. Prancis yang lebih kecil dan lebih tidak berangin saja bisa, apalagi Indonesia.
Ketinggalan Kereta di Stasiun Transit
Perjalanan dari CDG ke Lourdes memerlukan 2 kali ganti kereta. Tadi saya tuliskan CDG – Bordeaux menggunakan TGV; dilanjutkan Bordeaux – Bayonne dan Bayonne – Lourdes menggunakan kereta biasa. Yang luar biasa? TGV saya terlambat sampai di Bordeaux dan saya ketinggalan kereta ke Bayonne! Plus di tengah stasiun Bordeaux yang besar dan sedang direnovasi, jarang sekali orang bisa Bahasa Inggris..!! Untungnya SNCF mengakui adanya keterlambatan dan memberikan penggantian tiket gratis, dengan jadwal sampai Lourdes hanya 30 menit lebih terlambat. Wanita di bagian informasi pun sangat membantu, meski kami bercampur aduk Bahasa Inggris dan Prancis, serta “bahasa tubuh”.
Jadi saran saya kalau Anda harus berpindah kereta dengan jeda hanya 10 menit, bersiaplah terlambat dan berganti tiket. Selama masih ada kereta berikutnya dan terlambat naik karena kereta sebelumnya terlambat, tidak perlulah khawatir.
Sampai di Lourdes
Seperti sebelumnya kalau saya bepergian ke luar negeri, saya selalu mencari penginapan yang dekat dengan stasiun. Alasannya sudah pasti supaya saya tidak perlu mengangkat koper berat ke sana kemari, juga supaya saya mudah menemukan lokasi penginapan dengan berjalan kaki. Maka di Lourdes ini, lokasi peginapan saya hanya 15 menit berjalan kaki dari stasiun. Kebetulan desa ini kecil, sehingga tujuan wisata utama saya, petilasan penampakan Bunda Maria, juga hanya 10 menit berjalan kaki.
Saya menginap di Residence Le Soleil (atau beberapa situs menulis Residence du Soleil Lourdes). Ini adalah hotel bintang tiga murah dengan review bagus yang bisa saya temukan. Saat hotel bintang tiga bagus lain harganya di atas Rp900 ribu per malam, hotel ini hanya mematok Rp500 ribuan. Hotelnya kecil namun bersih dan rapi. Peralatan dan kelengkapan kamarnya terbuat dari merek-merek bagus dan kasurnya alamak empuk! Saya memesan kamar studio tapi karena persoalan ketersediaan, malah saya mendapat kamar kapasitas 5 orang! Resepsionisnya juga bisa berbahasa Prancis, Inggris, Jerman, dan Spanyol. Lokasi hotel ini juga di paling ujung desa, hanya sepelemparan batu dari Bukit Pyrennes.
Itinerary Selama di Lourdes
Selama di Lourdes, awalnya saya coba mengikuti review di Tripadvisor, tapi ternyata gagal total! Jadinya berikut yang saya lakukan seharian di desa kecil ini.
08.30 : Ikut misa kudus (kebetulan dapat yang dipimpin oleh seorang uskup) di pelataran Gua Maria tempat Bunda Maria menampakkan diri.
10.00 : Mandi di air suci St. Bernadette yang dipercaya mampu menyembuhkan penyakit. Ajaibnya, begitu kita selesai keluar dari air, badan basah kita kering dalam sekejap.
12.00 : Mengunjungi Basilika yang didirikan di atas Gua Maria.
14.00 : Berkeliling Lourdes dan mengunjungi Fort de Lourdes.
21.00 : Ikut prosesi rosario dan ibadah malam di kompleks Sanctuary.
Yah saya sangat religius dalam trip kali ini karena bersama ibu saya! Hahaha.
Yang menarik ketika saya mengantre mandi air suci tadi adalah obrolan dengan seorang turis dari Filipina. Ia adalah pensiunan bankir Societe Generale dan sangat memuji Indonesia dengan keberagaman, ekonomi, dan Jokowi. Bersyukur sekali nun-jauh di sini, ada (meskipun ya tetangga sendiri) yang mengapresiasi Indonesia.
Kembali ke Paris
Begitulah, esoknya kami meninggalkan Lourdes langsung ke Paris (Stasiun Paris Montparnasse), meninggalkan desa kecil dengan ratusan hotel dan ribuan turis rohani ini, selama 6 (enam) jam perjalanan tanpa transit.
Foto-foto perjalanan saya bisa dilihat di FB saya.
*Tulisan ini adalah bagian dari series Euro Pilgrimage Trip saya pada 11 – 24 Sept 2016.