Uncategorized

Euro Pilgrimage Trip : Amsterdam

Pagi ini saya bergerak ke Amsterdam. Lima menit berjalan kaki dari hotel ke stasiun metro Alessia, lanjut duduk manis melewati 19 stasiun ke Gare du Nord tanpa berpindah jalur, kemudian kembali duduk manis di Thalys ke Amsterdam selama tiga jam. Memang tepat saya memilih penginapan di Alessia Montparnasse sini. Kemarin saya mencari makan, juga banyak tersedia. Bahkan ada Carefour kalau mau berbelanja agak banyak.

Gare du Nord; nama stasiun ini begitu melekat di kepala saya sejak masa kuliah duku mengambil les Bahasa Prancis. Stasiun ini adalah yang terbesar di Prancis dan banyak menghubungkannya dengan negara tetangga -karena kebetulan letaknya di utara yang memiliki banyak tetangga.

Thalys vs. TGV

Thalys sendiri adalah kereta super cepat, sama dengan TGV yang saya naiki beberapa kali. Jarak 510 km Paris-Amsterdam ditempuh hanya tiga jam, itupun sudah dengan empat pemberhentian sebelum titik akhir. Kereta ini berhenti sejenak di Brussel, Antwerp, Rotterdam, dan Schipol. Di dalam kereta juga tersedia wi-fi dengan kecepatan lumayan kencang.

Sekedar informasi, di semua stasiun di Prancis, kita baru akan tahu kereta ada di jalur berapa, 20 menit sebelum kereta berangkat. Asumsi saya sih supaya orang berkumpul saya di hall atau espace attente dan tidak menumpuk di peron. Juga tampaknya agar ketika di peron, kereta yang diinginkan tidak PHP: telat atau batal datang.

Oya, selama di Paris, pun di stasiun, saya sering membeli roti dan kue di Paul, nampak banyak orang mengantre juga. Kalau misalnya ini jaringan yang sama dengan Paul di Indonesia -logonya sih sama, maka saya bingung kenapa di sini restoran yang murah dan sangat proletar, menjadi kelas premium di Indonesia.

Delapan Jam di Amsterdam

Selama di Amsterdam, kami berkeliling wilayah Centrum. Alamakjang, segambreng manusia tersebar dari Amsterdam Centraal hingga Van Gogh Museum. Jumlah manusia ini banyak sekali seperti malam tahun baru di Sudirman-Thamrin-Bundaran HI. Padahal ketika di Eiffel pun, jumlah orangnya tidak sebanyak ini. Entah memang selalu banyak atau kebetulan saya berkunjung saat weekend.

Berkeliling di kota ini, saya ditemani TIO, begitu inisialnya, yang saat ini sedang menempuh S2 di Delft. Kami berteman sejak SMA dan terakhir kali bertemu di Jakarta setahun lalu. Mumpung weekend dan libur kuliah, ia menyempatkan diri menemani saya berjalan-jalan.

Di Amsterdam, tentu banyak bangunan tua dan banyak sejarah yang bisa diceritakan dari tiap bangunan. Ada kanal yang sudah ada sejak tahun 1500 sekian atau 1700 sekian. Ada juga rumah penduduk biasa yang masih kokoh berdiri sejak tahun 1622. Tentu akan sulit menemukan bangunan habitable setua itu di Indonesia. Rumah-rumah di sini kebanyakan miring akibat tanah Amsterdam yang labil. Apalagi Amsterdam wilayahnya 1,5 meter di bawah permukaan laut. Ada yang ke kanan dan kiri, ada juga yang ke depan. Bangunan ini masih bisa berdiri disangga oleh tiang dan baut besi di luarnya.

Sistem Tanggul di Amsterdam

Belanda sendiri secara keseluruhan, menurut TIO tadi, tiga perempat wilayahnya bisa tenggelam kalau sistem tanggulnya gagal fungsi. Juga di Belanda sini, penduduknya mempelajari sejarah bahwa mereka berdagang sampai ke Indonesia, tidak menyebutkan sama sekali bahwa mereka pernah menjajah. Secara teknis betul juga, Belanda sebagai negara baru mengambil alih pemerintahan Indonesia pasca bangkrutnya VOC, sebuah perusahaan dagang paling kaya pada zaman itu.

Kembali ke penjelajahan kota Amsterdam, banyak sekali museum di sini. Tentu ingin sekali saya mengunjunginya, sayang antrean begitu panjang tidak memungkinkan saya mengejar waktu: Rijks, Van Gogh, Anne Frank, dan masih banyak lagi. Setidaknya saya melewati beberapa spot dan rute utama Amsterdam yang semoga bisa saya masuki di waktu-waktu selanjutnya. Tentu pula mencoba beberapa makanan khas Amsterdam, kentang -yang akhirnya sempat saya coba dan rasanya biasa saja, keju -mencicip sedikit, dan es krim.

Saya juga masih ingin melihat hamparan Bunga Tulip saat musim semi Saya sekarang ini ke sini ketika musim dingin dan masih banyak bunga mekar, kecuali tulip. See you negeri Van Oranje!

*Tulisan ini adalah bagian dari series Euro Pilgrimage Trip saya pada 11 – 24 Sept 2016

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *