Uncategorized

Mata Ganti Mata Akan Membuat Seluruh Dunia Buta

Setelah kejadian bom meledak di kawasan Sarinah, Jakarta, banyak orang menuliskan status di media sosialnya. Salah satu yang ramai ditulis atau di-share ulang adalah “pengingat” saat Paris dibom, jutaan orang di sosial media memasang Bendera Prancis sebagai latar, namun (menurut mereka) tidak ada orang Prancis memasang latar Bendera Indonesia pasca bom Jakarta.

Pertanyaan saya: Apa iya kita tidak boleh berempati pada orang lain dengan tulus? Apa iya kita harus berempati dengan pamrih, bahwa orang itu harus berempati pada kita di kemudian hari? Atau kita baru berempati kalau ia sudah berempati pada kita?

Pamrih dan Pamrih

Terpengaruh dengan banyaknya undangan pernikahan, saya ingin mengambil amplop pernikahan sebagai contoh pamrih. Banyak dari kita menentukan nilai amplop bergantung pada seberapa banyak dia pernah atau akan memberi kita amplop. Kalau ia sudah pernah atau kemungkinan akan memberi 300.000, maka kita pun memasukkan 300.000 ke dalam amplop. Kalau cuma 50.000, kita pun membalas dengan 50.000.

Pamrih lain di kehidupan sehari-hari bahkan terjadi saat kita menyapa atau mengunjungi teman/saudara. Kita mengingat-ingat dulu, teman atau saudara kita itu sering datang ke pertemuan yang kita selenggarakan atau tidak. Teman atau saudara itu lebih banyak menyenangkan atau menyusahkan kita. Kalau lebih sering menyenangkan, kita akan selalu tersenyum padanya. Kalau menyusahkan, muka kita akan jutek selalu.

Pertanyaan saya: Apa iya kita tidak pernah mau tersenyum dengan ikhlas?

Petuah Gandhi

Seperti kata Mahatma Gandhi, “Mata ganti mata akan membuat seluruh dunia buta.” Kalau kita ingin terus bisa menikmati dan membagi senangnya melihat dunia, yuk kita mulai dengan sikap ikhlas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *