Uncategorized

Mendengar Curhatan Orang

Saya senang mendengarkan cerita orang lain. Teman menelepon atau mengajak saya bertemu karena ingin curhat, saya pasti menyediakan waktu. Untunglah, meski sering saya cuma diam mendengar dan berdehem mengucap satu-dua kata, mereka tetap mencari saya untuk curhat. Meski juga kadang lidah saya ini gatal untuk menceritakan ke orang lain tentang isi curhatan, tetap saja banyak orang curhat ke saya. Yang terakhir ini jangan ditiru! Isi curhatan ya hanya untuk kita sendiri.

Kenapa Senang Mendengar Curhatan?

Melihat dari sisi diri sendiri, saya bertanya-tanya juga kenapa saya suka mendengar orang curhat. Yang pasti bukan untuk memegang Kartu AS mereka, seperti yang banyak politisi lakukan. Mereka mau mendengar temannya bercerita tapi kemudian menyimpan cerita itu untuk amunisi di masa yang akan datang.

Saya menerima curhatan orang karena dua hal. Pertama, ketika saya mendengar orang curhat, itu membuat saya bersyukur. Tapi bukan bersyukur karena mereka kesusahan ya!

Saya bersyukur karena ternyata masalah yang saya alami, itu tidak ada apa-apanya dibanding masalah orang di depan saya. Misalnya saya punya masalah terkait pekerjaan kantor, ternyata masih ada teman saya yang curhat sulit sekali mendapatkan pekerjaan. Ataupun saat saya merasa banyak sekali masalah dalam kehidupan pribadi, ternyata bahkan ada teman yang harus kehilangan keluarga dan itu membuatnya terpuruk. Juga saya pernah didamprat habis-habisan oleh atasan dan klien karena suatu event bermasalah, ternyata teman saya ada yang curhat rencana pernikahannya gagal total hanya satu minggu sebelum acara.

Seandainya saya mengalami apa yang mereka alami, belum tentu saya akan kuat menghadapinya. Saya pun bersyukur masalah-masalah yang saya hadapi tadi belum ada apa-apanya dibanding masalah orang lain, belum ada apa-apanya juga untuk sulit diselesaikan.

Out of the Box

Alasan kedua adalah saat saya mendengar curhatan mereka, saya kemudian mendengar ide-ide yang saya sampaikan untuk menyelesaikan masalah itu. Bahkan sering juga saya belum pernah mengalaminya, tapi saya tetap saya memberikan saran; dan teman saya menerima, kemudian mencoba saran tersebut!

Setelah dipikir-pikir, memang benar kalau kita sedang dalam suatu masalah dan merasa sulit menyelesaikannya, kadang kita membutuhkan pihak ketiga yang netral. Pihak ketiga tadi harus berada di luar sistem, di luar kebiasaan, di luar lingkungan kita sehingga ide-ide cemerlang bisa didapatkan. Ide cemerlang yang sering tidak terpikirkan atau bahkan ide gila yang sangat breakthrough.

Pernah suatu waktu ketika saya training kantor dan kami yang berasal dari satu divisi ini diberikan masalah rutin seputar pekerjaan, kami tidak bisa menyelesaikannya. Setengah hari training dan tetap saja kepala kami buntu mencoba semua opsi. Setelah break, trainer kemudian memanggil tiga orang dari grup resepsionis dan sekretaris. Ia juga memanggil tiga orang lain dari grup office boy. Hasilnya? Grup resepsionis dan sekretaris menghasilkan dua opsi penyelesaian masalah yang sangat feasible. Grup office boy memberikan satu ide luar biasa yang bisa langsung diimplementasikan. Padahal keenam orang ini tidak pernah menghadapi apa yang kami hadapi dalam studi kasus itu.

Makanya ketika saya banyak masalah pun, saya tetap menyempatkan diri mendengar masalah orang lain. Hal itu justru menguatkan diri saya bahwa masalah saya, pasti ada jalan keluarnya. Kalaupun saya tidak bisa menyelesaikannya sendiri, saya punya orang lain untuk bisa memberikan saran.

Epilog

Itulah mengapa saya suka mendengarkan curhatan orang. Kalau Anda tiba-tiba ingin curhat setelah ini, langsung saja, tidak perlu ditahan-tahan! Dan kalau saya mau curhat kepada Anda, jangan ditolak ya. Anda kan nanti akan sama bersyukurnya dengan saya ketika mendengar saya curhat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *