Belakangan ini banyak orang membagikan berita, foto, dan beragam bentuk kekhawatiran lain tentang masuknya pekerja Tiongkok ke Indonesia. Dari urusan mengambil lapangan kerja masyarakat Indonesia, ketidakbisaan berbahasa Indonesia, sampai persoalan tidak berizinnya beberapa pekerja itu.
Pendapat saya? Manusia memang sulit dimengerti, apalagi manusia Indonesia.
Tuan Asing
(kebanyakan) Orang Indonesia pasti pernah berpikir atau punya pemikiran mengapa kita selalu mendewakan orang asing. Mendewakan di sini artinya menganggap orang asing lebih superior dalam hal kepintaran maupun keterampilan. Banyak orang kemudian mempertanyakan, apa guna menggaji orang asing belasan atau puluhan juta rupiah. “Kami (alias orang Indonesia) bisa kok melakukan pekerjaan itu juga,” kata orang Indonesia.
Tapi apakah kemudian masyarakat pernah melihat aturan tenaga kerja. Tertulis di situ, orang asing tidak bisa sembarangan bekerja di Indonesia, apalagi untuk posisi pekerjaan kasar, teknikal, atau lapangan. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian spesifik ini harus dibuka untuk orang Indonesia.
Nah jadi kalau Anda melihat warga negara asing itu jadi bos di banyak perusahaan, sedangkan orang Indonesia jadi kacungnya; ya jangan mencibir nasionalisme perusahaan itu. Kalau itu office boy boleh direkrut dari warga negara asing (serta lebih murah dan terampil bekerja), perusahaan pasti akan mempekerjakan warga negara asing kok jadi kacung.
Kacung Asing
Kemudian sekarang giliran warga negara asing jadi kacung dan orang Indonesia jadi bos, seperti banyak dikemukakan tadi; orang Indonesia protes lagi. Saya tahu beberapa perusahaan tekstil di Indonesia mempekerjakan teknisi Tiongkok dengan manajer dan pemilik perusahaan orang Indonesia tulen.
Belum lagi persoalan pembangunan infrastruktur atau pabrik, seperti banyak disuarakan: “warga asing menguasai proyek-proyek”. Lha orang Indonesia jadi kacung dan warga asing jadi bos, protes; giliran dibalik kacungnya warga negara asing dan bosnya orang Indonesia, protes juga.
Jadi apa sebenarnya yang dimaui oleh orang Indonesia ini?
Dunia Global
Saya takut (karena kemungkinan besar, benar) orang Indonesia menjadi anti pekerja asing karena merasa kalah bersaing. Tidak percaya diri dan mental mau menang tanpa bersaing sehat, ditambah memang kurangnya keahlian dan keterampilan, menjadi alasan utama ketakutan adanya tuan dan kacung asing.
Padahal pekerja asing tadi bisa membawa banyak manfaat di dunia global sekarang ini. Pertama, tentu promosi Indonesia ke luar negeri. Orang asing di luar sana itu me-lepeh begitu saja promosi wisata dan bisnis Indonesia. Alasannya? Ya yang dipromosikan susah dibuktikan kenyataannya. Kalaupun terbukti nyata, maka tentu sesama orang asing yang harus membuktikannya. Kalau cuma orang Indonesia yang berbicara berkoar-koar sana-sini, sampai dunia kiamat, tidak akan dipercaya.
Dengan adanya orang asing bekerja di Indonesia yang tiap hari dan kalau libur pelesiran di wilayah Indonesia, kita mendapat duta wisata dan bisnis gratis. Mereka akan menceritakan kalau Indonesia itu beneran bagus, beneran memperbaiki diri, beneran tertata dan teratur, dan beneran-beneran lain. Hanya mengandalkan turis? Turis masih sedikit! Dan turis tidak akan datang kalau tidak ada testimoni tadi.
Kedua, orang Indonesia bisa melatih bahasa asing yang dipelajari tanpa perlu mahal-mahal pergi ke luar negeri. Cara terbaik belajar bahasa asing kan dengan sering-sering berkomunikasi dengan penutur asli. Kalau punya kesempatan tinggal lama di luar negeri ya alhamdulilah. Kalau tidak punya? Pekerja asing tadi bisa jadi lawan bicara. Kalau tidak ada pekerja asing? Ya orang Jawa ngobrol menggunakan Bahasa Mandarin dengan orang Batak, tidak ada yang tahu apakah kosakata dan susunan kalimatnya sudah benar atau belum.
Kalau pakai alasan “tidak perlu bisa bahasa orang asing itu, mereka ada di Indonesia dan harus berbicara Bahasa Indonesia”; maka jangan salahkan orang lain kalau indeks kompetitif manusia Indonesia selalu ada di bawah karena plegak-pleguk berbahasa asing. Tidak perlulah berandai-andai Bahasa Indonesia jadi salah satu bahasa internasional karena Indonesia itu kuat dan hebat. Mana ada orang kuat dan hebat takut berkompetisi?
Epilog
Tentu perdebatan tentang pekerja asing akan terus terjadi. Yang pasti perlu diingat, pekerja asing bisa masuk Indonesia, kita pun bisa masuk negara lain. Ibarat orang Jawa kerja di Kalimantan, orang Sumatera merantau ke Jawa, orang Papua kerja di Sulawesi; apa salahnya orang Tiongkok kerja di Indonesia dan orang India kerja di Amerika?
Apalagi kalau Anda sakit hati dan marah besar mendengar orang asing ditolak kerja di suatu negara (biasanya Eropa, Jepang, atau Amerika), ya Anda jangan melakukan hal yang sama dengan menolak pekerja asing (biasanya India atau Tiongkok); menghujat sebuah perilaku tapi justru melakukannya.
Jadi akhirnya, Anda mau jadi tuan atau kacung di negeri sendiri, itu menjadi pilihan Anda. Di dalam sebuah rumah, adanya itu tuan dan kacung, tidak pernah ada posisi lain. Kecuali tentunya anjing menggonggong yang ada di luar rumah karena ia tidak bisa menjadi kacung, apalagi tuan di dalam rumah.