Ya, saya senang mengamati, apapun itu. Perilaku dan interaksi orang, detail bangunan, lorong dan jalan-jalan, ataupun hewan dan tumbuhan.
Mengamati Orang
Terlebih minggu ini saya baru saja pindah ke rumah baru, benar-benar di wilayah dan lingkungan baru. Sebelumnya, saya kos selama dua tahun di Setiabudi, kemudian setahun tinggal di wilayah Pramuka, dan kini di wilayah Jatipadang untuk (semoga) sampai beranak cucu.
Pertama kali melihat daerah ini, saya merasa para penghuni kompleks merupakan orang-orang yang saling peduli, terlihat dari pagar rendah serta lingkungan yang hijau dan bersih. Terbukti ketika saya akhirnya membeli rumah dan mulai berkenalan -pertama kali dengan tetangga sebelah serta Pak RT dan istrinya, sambutan mereka sangatlah ramah. Pun saat saya bolak-balik hanya untuk melihat rumah, mereka tersenyum dan menyapa. Tukang renovasi rumah saya pun bercerita bahwa saat mereka membutuhkan bantuan atau peralatan, para tetangga dengan senang hati membantu.
Siang hari sebelum menempati rumah, saya mengadakan misa pemberkatan rumah. Acara ini saya urus sekitar dua minggu sebelumnya. Meski saya orang baru, ketua lingkungan Katolik di situ dengan tangan terbuka membantu. Pada hari H, para warga Katolik pun berdatangan dan mengikuti misa serta berbincang dengan akrab. Benar-benar sesuai tebakan saya, penghuni kompleks ini semuanya ramah -mendorong saya untuk berarti juga harus ramah dan siap membantu apabila diminta atau diperlukan.
Nostalgia
Juga menarik saya amati adalah seorang anak kecil tuna rungu dan tuna wicara yang selalu saja bermain ke rumah saya, mengetuk gerbang minta dibukakan. Sedikit menelusuri, ternyata rumah yang kini saya tempati adalah milik mendiang neneknya, sehingga anak tadi masih merasa nyaman bermain-main di rumah saya. Saya tidak pernah melarang anak itu bermain dan begitu saja tanpa izin masuk hingga ke dalam rumah, meski ibunya selalu datang dan minta maaf kalau si anak tadi melakukannya. Bagi saya, tidak ada satupun tindakan anak kecil yang bisa disalahkan. Tindakan mereka murni berdasar keingintahuan ataupun ketidaktahuan yang tidak boleh kita hambat. Toh, si anak tadi tidak merusak barang apapun atau mengganggu kegiatan saya.
Juga ada anak-anak kos di depan rumah saya. Kelakuan mereka? Biasa saja seperti anak kos pada umumnya -setidaknya yang terlihat dari luar. Bapak-bapak penghuni kompleks ketika malam hari senang nongkrong di warung kopi kecil di ujung jalan. Termasuk pula saya amati, perilaku pengguna kendaraan umum yang menuju dan berasal dari wilayah sekitar kompleks rumah saya: beberapa tipikal, banyak lainnya yang berbeda.
Mengamati Lingkungan Sekitar
Berada di lingkungan baru, hal yang selalu saya lakukan adalah menghafal jalan-jalan serta beragam fasilitas yang ada. Seperti gang rumah saya yang setiap pagi dan sore banyak dilalui orang. Padahal gang saya adalah gang buntu ke arah selatan. Setelah saya telusuri dan bertanya ke beberapa orang, ternyata terdapat sebuah jalan kecil yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Jalan kecil ini digunakan orang untuk mempersingkat perjalanan dan membuatnya lebih aman sehingga mereka tidak harus memutar ke jalan-jalan besar nan ramai.
Begitu juga saat malam hari di saat banyak jalan ditutup, maka saya merasa di awal kepindahan ini perlu untuk mencoba semua kemungkinan dan tersasar, supaya di kemudian hari saya bisa menemukan jalan-jalan paling efektif dan efisien.
Mengenai fasilitas sekitar rumah, tergolong sangat lengkap. Bank, minimarket, warung makan, laundry, tukang jahit, tempat ibadah, dsb tersedia lengkap dengan jangkauan berjalan kaki.
Pepohonan di kompleks saya juga sangat beragam, dari palem merah, buah-buahan, hingga pohon besar seperti akasia. Di pagi hari, saya masih bisa mendengar suara burung liar dan ayam jago peliharaan. Belum lagi meongan kucing dan gonggongan anjing, membuat suasana menjadi hidup. Setidaknya di tengah hiruk pikuk Jakarta, kompleks saya masih tenang dan alami.
Bertanya “Kenapa”
Mengamati adalah hal yang sederhana, meluangkan lima atau sepuluh detik lebih lama melihat suatu hal. Tidak perlu sampai berpikir berat menanyakan “kenapa”, cukuplah sampai pada taraf “bagaimana”, kita sudah mendapatkan banyak informasi berguna mengenai lingkungan sekitar kita. Yakinlah bahwa dengan sendirinya kita akan mengetahui lebih dalam hingga level “kenapa” seiring berjalannya waktu.