Uncategorized

(Tidak) Mudahnya Mencari Rumah di Jakarta – Part 1

Jadi intinya mudah atau tidak…???

Keinginan Menetap di Jakarta

Ketika memutuskan merantau ke Jakarta pada awal 2011, saya memiliki sebuah pemikiran: maksimal tiga tahun di Jakarta, saya harus memiliki tempat tinggal. Selain itu, kebutuhan alat transportasi maupun urusan perbankan, tentu membutuhkan sebuah alamat di Jakarta supaya lebih mudah. Sebenarnya menggunakan surat keterangan dari kantor atau surat dari kelurahan sudah cukup. Akan tetapi, saya adalah tipikal orang yang tidak suka urusan pribadi saya melibatkan orang luar, apalagi pihak kantor.

Maka setahun bekerja mengumpulkan uang (untuk DP rumah), saya mulai mencari ke sana kemari. Prinsip saya mencari rumah adalah lokasinya harus di Jakarta, bukan Depok, Bekasi, Tangerang, atau Bogor. Kenapa? Karena administrasi di Jakarta saya yakini jauh lebih baik daripada kota penyangga. Belum lagi urusan transportasi umum dan kemacetan tiada tara di wilayah Jabodetabek. Sehingga sebisa mungkin, harus di Jakarta dan jalan depan rumah masuk mobil.

Memilih Apartemen Green Pramuka

Bulan Desember 2011, saya memutuskan pindah kerja. Pada bulan itu juga, saya memutuskan kembali kuliah, mengambil S2. Sekaligus, saya pindah kos agar lebih mudah mengakses kantor dan kampus baru. Maka pada saat berbagai kepindahan itu, ibu saya berkunjung ke Jakarta. Selain membantu pindahan, ibu juga ingin melihat kantor dan kampus baru saya.

Saat berjalan-jalan di sebuah mal, saya dan ibu saya melihat sebuah pameran apartemen dan kemudian tertarik. Lokasinya di daerah Pramuka, masih di Jakarta Pusat, terletak di perbatasan Jakarta Pusat dan Timur. Ibu saya masih tidak sreg dengan apartemen seperti halnya generasi X lainnya. Selain karena sertifikat tanah yang hanya HGB, juga kalau terjadi suatu bencana, butuh waktu dan tenaga untuk menuruni tangga darurat. Tapi saya sebagai generasi Y, menilai bahwa tidak masalah tinggal di apartemen, terlebih di Jakarta yang sangat ruwet ini.

Untuk daerah Pramuka, saya cukup familiar karena setiap hari melewatinya untuk menuju kantor klien di Tanjung Priok. Daerahnya rapi dan bersih menurut saya. Setelah meyakinkan ibu, maka saya dan ibu kemudian memutuskan melihat lokasi apartemen hari itu juga. Bayangan saya sewaktu di mal tadi, apartemen ini ada di perempatan Matraman (bagi orang Jakarta, pasti tahu daerahnya; bagi orang luar Jakarta, silakan bisa memakai google map). Ketika mengambil taksi menuju ke lokasi, ternyata lokasinya bukan di bayangan saya tadi, apartemen Green Pramuka masih sekitar 1km lebih ke timur, di seberang Kantor BPKP.

Cukup Nyaman & Strategis

Lumayan jauh, kata saya dalam hati. Namun ketika membuka google map: ternyata jarak Bundaran HI ke apartemen Green Pramuka ini sama dengan jarak Bundaran HI ke kantor saya di Senayan.  Saya cukup terkejut, ternyata lokasi apartemen ini tidak terlalu jauh dan ternyata Senayan itu cukup jauh dari Bundaran HI. Maka faktor lokasi di Jakarta dan tidak jauh dari pusat kota sudah terpenuhi.

Apartemen ini belum berdiri, baru dua tower yang sudah berdiri setengahnya. Tertulis di rencana, akan ada tujuh atau delapan tower dibangun dengan Tower 1 diserahterimakan akhir tahun 2012. Melihat display unit, fasilitas, melongok sana-sini, melihat kondisi pembangunan langsung di lapangan, mengitari sekitar apartemen, saya memutuskan saya akan mengambil apartemen ini. Ibu saya? Beliau mengiyakan saja keputusan saya, seperti biasanya. Beliau hanya bertanya apakah saya sudah mantap dengan apartemen ini. Ketika saya menjawab sudah, beliau pun setuju. Pesan dari beliau: harus dipastikan sertifikat apartemen tidak boleh berlarut-larut di tangan pengembang. Sisanya, beliau juga cocok dengan fasilitas dan kondisi jalan sekitarnya.

Mengenai unit, saya memilih unit di Tower 1 yang akan segera jadi. Letak unit ada di depan lift, supaya misalnya di malam hari –seperti ada di film-film horror Thailand, saya bisa meminimalisir kejadian tak terduga yang bisa menimpa saya ketika sendirian berjalan di lorong. Selain itu, saya berpikir kalau Tower 1 pasti akan dibuat sebagus mungkin karena akan menjadi percontohan dan daya tarik pengembangan berikutnya. Belum lagi harga unit-unit di Tower 1 yang sama saja dengan tower-tower belum terbangun lain tapi baru akan diserahterimakan beberapa tahun kemudian. Terlalu lama, begitu kata saya.

Meskipun kata beberapa teman, kalau saya membeli yang hampir jadi, margin keuntungannya nanti tidak terlalu tinggi. Saya menjawab kata teman-teman saya, “Saya bukan spekulan apartemen, saya membeli rumah / apartemen untuk saya tinggali. Jadi saya tidak memikirkan berapa nanti untung yang saya dapatkan.”

Mulai Menempati Apartemen

Setahun saya kos, akhirnya pada Januari 2013 saya ditelepon dan diberitahu kalau saya sudah bisa menempati apartemen. Maka setelah menyelesaikan ini itu, saya melihat unit apartemen saya untuk pertama kalinya.

Doeng…… jauh berbeda dengan display unit-nya. Bahkan saat itu saya meminta pengukuran ulang karena selain jauh berbeda layout-nya, ukurannya juga nampak lebih sempit daripada seharusnya. Setelah diukur ulang, ternyata ukurannya sama, seluas 21 meter persegi. Bedanya, ketika display unit berukuran 4m x 5,25m, kenyataan yang saya dapat adalah 3m x 7m. Belum lagi soal posisi pintu kamar mandi yang sangat tidak nyaman. Saat itu di dalam hati sudah timbul perasaan bahwa saya tidak begitu sreg tinggal di sini.

Mengisi apartemen, tinggal di sini, ternyata sangat menyenangkan. Oh iya, saya tinggal di lantai 25 dengan balkon menghadap utara. Dari lantai saya tinggal, cukup tinggi untuk melihat pemandangan dari Monas hingga Pulogadung. Tetangga satu lantai juga cukup ramai dan mereka semua ramah.

Memutuskan Pindah

Hingga akhirnya sekitar sembilan bulan setelah menempati apartemen, saya kemudian memutuskan untuk pindah. Kenapa pindah? Pertama, Paguyuban Penghuni dan Pengelola Apartemen terus saja berselisih, dari urusan parkir hingga satpam. Kedua, dulu saya sering pergi ke klien saya di Tanjung Priok namun pada saat itu sudah tidak lagi dan saya lebih banyak berkegiatan di area Senayan, Mampang, dan Simatupang. Ketiga, entah kenapa saya tiba-tiba ingin memiliki rumah. Keempat, ternyata halaman luas di depan balkon unit saya akan dibangun sebuah tower juga; duh…. bisa-bisa pemandangan saya adalah jemuran baju di balkon unit sebelah.

Maka akhirnya saya mantap menjual apartemen saya di akhir 2013. Saya pikir menjual apartemen akan memakan waktu tiga sampai enam bulan sehingga saya bisa sambil mencari rumah. Ternyata, hanya dalam waktu satu minggu, sudah ada calon pembeli yang mau membayar apartemen saya secara tunai. Beruntung pembeli saya tadi cukup baik, ia tidak bermasalah saya masih tinggal selama satu bulan sembari mencari kos –tentunya bukan mencari rumah karena akan membutuhkan waktu lebih lama.

(bersambung……)

1 thought on “(Tidak) Mudahnya Mencari Rumah di Jakarta – Part 1

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *