Kalau Anda membuat neraca keuangan, baik pribadi maupun untuk pekerjaan, mana yang lebih dulu Anda isi? Pendapatan atau Pengeluaran?
Contoh: APBN
Mari melihat APBN Indonesia yang disusun dengan meletakkan pengeluaran terlebih dahulu. Setelah pengeluaran tertulis semua, maka barulah menuliskan sisi pendapatan. Efeknya? Secara positif, semua target pembangunan akan tercapai karena terdapat pos anggaran untuk itu. Pemerintah (serta swasta dan masyarakat) merasa tertantang untuk mengimplementasikannya, untuk membuat ekonomi bertumbuh. Namun secara negatif, cara ini membuat pemerintah harus berhutang, baik melalui surat utang negara (SUN) atau hutang langsung, untuk menutupi pengeluaran tadi; hutang produktif memang.
Bagaimana kalau APBN tadi disusun berdasar pendapatan terlebih dahulu? Tentu semua target pembangunan akan tidak bias dicapai. Pemerintah akan terborgol, tidak dapat melakukan maupun memancing pembangunan pihak swasta. Pengeluaran akan dibuat seminimal mungkin, menyesuaikan pendapatan yang ada, dan ekonomi akan stagnan. Tapi sisi lainnya? Indonesia tidak perlu berhutang.
Pengeluaran Rumah Tangga
Sama halnya dengan pengeluaran rumah tangga, mana dulu yang harus dituliskan? Apabila sisi pendapatan terlebih dahulu, maka pengeluaran akan menjadi ketat. Tentu keluarga ini tidak berhutang sama sekali. Bagaimana dengan visi / misi memiliki barang tertentu di masa depan? Pastinya akan terhambat.
Apabila menulis rencana barang tertentu tadi lebih dulu, alias menuliskan sisi pengeluaran, pastinya keluarga tadi harus menutupnya pada sisi pendapatan. Ada dua cara tentu saja: menaikkan pendapatan, misalnya dengan naik gaji atau diversifikasi pekerjaan; atau berhutang –semoga bukan konsumtif, namun produktif. Maka keluarga tadi akan memiliki tantangan dan tujuan tersendiri di masa depan yang wajib dipenuhi. Berbeda apabila menulis kolom pendapatan terlebih dahulu; biasanya akan lebih random, lambat, dan tidak ambisius dibanding yang menulis kolom pendapatan terlebih dahulu.
Praktik di Perusahaan
Seperti di perusahaan saya, ada dua kepala divisi yang bertolak belakang konsepnya. Yang pertama, ia menuliskan sisi pendapatan terlebih dahulu baru kemudian menuliskan sisi pengeluaran –terutama jumlah tim dan gaji mereka. Sedangkan kepala divisi yang kedua, ia menuliskan jumlah tim dan gaji terlebih dahulu, baru kemudian pendapatan yang harus dicapai. Tentu bisa dikatakan, kepala divisi pertama bersifat sangat konservatif dalam pengelolaan uang. Sedangkan yang kedua, lebih suka hal-hal yang menantang dan tidak pasti; tentu dengan keyakinan penuh menghadapinya.
Seringkali bagi divisi pertama, jumlah tim dan gajinya labih kecil daripada yang kedua karena asas pengeluaran ketat berdasar pada pendapatan tadi. Di sisi lain, divisi kedua harus berjuang mendapatkan lebih banyak klien untuk memastikan semua pengeluaran terpenuhi.
Keputusan di Tangan Anda
Intinya, semua kembali pada Anda; apakah menulis sisi pendapatan atau pengeluaran terlebih dahulu. Yang terpenting, sisi pendapatan dan pengeluaran seimbang. Terlalu banyak pendapatan dan mengetatkan pengeluaran tidak baik karena Anda akan stagnan, jalan di tempat. Terlalu banyak pengeluaran tanpa melihat pendapatan riil juga berbahaya karena besar pasak daripada tiang. Pesan saya, seimbangkanlah!